Ustadz Hasan Basri, Juru Dakwah Penebar Inspirasi
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Sahabat Trensami Assalaam yang dirahmati Allah SWT
Ustadz Hasan Basri |
Ustadz Hasan Basri adalah seorang mualaf keturunan Tionghoa dan memiliki nama Mandarin
Liem Fuk Shan. Beliau adalah putra ketiga dari lima bersaudara dari pasangan suami
istri Abdurrahman Bieng dan Giok Laan. Lahir di kawasan 24 Ilir Kota Palembang
Provinsi Sumatra Selatan pada tanggal 28 Desember 1984. Beliau menghabiskan masa
kanak-kanaknya di Kota kelahirannya, Palembang.
Sebelum masuk Islam, Hasan Basri kecil sering diajak teman - temannya
bermasin ke masjid, hal ini membuat Abah Zen, salah satu tokoh Islam di Palembang
pada masa itu berkeinginan untuk mengislamkan Basri. Karena usianya yang masih
belia, Hasan Basri menerima begitu saja ajakan Abah Zen untuk masuk Islam.
Hingga tepat pada 1996, Hasan Basri resmi berpindah agama menjadi Islam. Namun
pada saat itu, pemahaman dan pengamalan nilai-nilai agama Islamnya masih sangat
minim. Perpindahan agama ini tentu mendapat banyak perlawanan dari keluarga
pihak Ibu.
Hasan basri kecil dikenal sebagai anak yang nakal dan berani kepada orang
tua. Hal ini membuat kedua orang tuanya merasa tak mampu mendidiknya. Hingga
akhirnya, Hasan Basri di masukkan ke Pondok Pesantren Wali Songo, Desa Ngabar, Kecamatan Siman, Kabupaten Ponorogo.
Awal belajar di Pondok Ngabar merupakan masa-masa tersulit. Latar
belakangnya sebagai mualaf menjadikan dirinya kesulitan memahami pelajaran.
Meski sudah masuk Islam, ia mengaku pada awalnya melakukan kegiatan Sholat
dan mengaji di Pondok hanya ikut - ikutan teman dan rutinitas saja. Hasan memang
belum mampu menerima nilai - nilai pendidikan secara utuh, namun ia pantang
menyerah, hingga beberapa tahun kemudian beliau berhasil memahami arti ajaran
Islam dan dapat merasakan manfaat ajaran Islam. Hal ini yang kemudian menjadi
salah satu motivasi untuk memilih terjun sebagai pendakwah di kemudian hari.
Saat liburan tiba, Hasan Basri pulang ke Palembang untuk bertemu dengan
kedua orang tua dan kaluarganya. Ibunya heran melihat perubahan sikap Hasan
yang sangat drastis. Ia tidak lagi nakal dan tidak membentak orang tua. Hal ini
tentu saja menjadikan orang tuanya terkejut dan kagum terhadap agama Islam.
Melihat perubahan sikap Hasan Basri yang menjadi lebih baik, menimbulkan
simpati di tengah keluarga, hingga akhirnya kedua orang tuanya memutuskan untuk
memeluk agama Islam, dan diikuti oleh ketiga saudaranya. Hanya satu adiknya
yang belum memeluk agama Islam. Hasan Basri mengakui, keputusan pindah agama
keluarganya tidak dipengaruhi ajakan verbalnya, melainkan murni karena simpati
melihat perubahan sikapnya.
Pada tahun 2005, Hasan Basri dinyatakan lulus dari Pondok Pesantren Wali
Songo Ngabar dan melanjutkan perjalanannya menimba ilmu ke
Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya karena ingin terjun ke dunia dakwah
Islam.
Semasa kuliah, Hasan Basri dikenal aktif di berbagai oraganisasi, antara
lain Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pemuda PITI Surabaya, Pemuda Islam
Indonesia (PII) dan Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU). Selain itu beliau
juga aktif menjadi pengurus masjid Ceng Hoo Surabaya
Kini, keseharian Ustadz Hasan dipadati dengan agenda dakwah. Hampir seluruh wilayah
Jawa Timur sudah didatangi ketua Pelaksana Harian Yayasan Haji Mohammad Cheng
Ho ini untuk syiar Islam.
Dengan dukungan dari sang istri, Ustadz Hasan Basri selalu
meluruskan niat dakwah bukan untuk materi, melainkan untuk mengamalkan ilmu
agama Islam. Baginya, berdakwah dan menyerukan kebaikan merupakan keharusan
seorang muslim. Selain menjadi pengingat bagi orang lain, berdakwah sekaligus
menjadi momen memperbaharui dan meluruskan niat bagi diri sendiri dalam
kehidupan.
Posting Komentar